![]() |
| Cabai merah makin mahal. Pemerintah dan BI bergerak jaga harga tetap stabil. (Foto: Ist./Fokusnusa.com) |
PADANG-FokusNusa.com
Kenaikan harga bahan pangan, emas perhiasan, dan biaya pendidikan menjadi pemicu utama inflasi di Provinsi Sumatera Barat (Sumbar) pada September 2025. Berdasarkan data Bank Indonesia (BI) Sumbar, inflasi bulanan tercatat sebesar 0,85 persen (mtm), sementara secara tahunan inflasi mencapai 4,22 persen (yoy).
Deputi Kepala Perwakilan BI Sumbar Andy Setyo Biwado mengatakan, lonjakan harga sejumlah komoditas disebabkan oleh faktor cuaca, dinamika global, dan penyesuaian biaya pendidikan di awal tahun ajaran baru.
“Inflasi bulan September dipengaruhi oleh menurunnya produksi lokal serta terbatasnya pasokan dari luar provinsi. Selain itu, harga emas perhiasan naik seiring penguatan harga emas global dan meningkatnya biaya akademi atau perguruan tinggi,” kata Andy, Rabu (8/10/2025).
Dari sisi pangan, kelompok makanan minuman dan tembakau menyumbang andil terbesar dengan inflasi 2,02 persen (mtm). Kenaikan harga cabai merah tercatat mencapai 54,50 persen (mtm) akibat menurunnya pasokan dari Sumatera Barat, Sumatera Utara, dan Aceh karena musim kering yang panjang. Harga daging ayam ras juga ikut naik karena meningkatnya harga pakan ternak.
Kenaikan harga emas perhiasan turut memberi tekanan pada inflasi kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya, yang mencatatkan inflasi 2,15 persen (mtm) dengan andil 0,11 persen. Penguatan harga emas global tersebut dipicu oleh pemangkasan suku bunga The Fed dan ketidakpastian kondisi geopolitik.
Selain itu, biaya pendidikan juga meningkat seiring dimulainya tahun akademik baru, dengan andil 0,01 persen terhadap inflasi September.
“Kenaikan biaya akademi ini menjadi pola musiman yang selalu terjadi di periode awal perkuliahan,” ujar Andy.
Meski begitu, tekanan inflasi yang lebih tinggi masih tertahan oleh turunnya harga beberapa komoditas hortikultura. Bawang merah, misalnya, mengalami penurunan harga 18,36 persen (mtm) seiring meningkatnya hasil panen di berbagai daerah.
Secara wilayah, seluruh kabupaten dan kota IHK di Sumatera Barat mengalami inflasi. Pasaman Barat mencatat inflasi tertinggi sebesar 1,64 persen, disusul Bukittinggi sebesar 1,32 persen, Dharmasraya sebesar 0,95 persen, dan Kota Padang sebesar 0,54 persen.
Bank Indonesia bersama Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Sumatera Barat terus memperkuat langkah pengendalian harga agar inflasi tetap terkendali dalam sasaran 2,5±1 persen (yoy) hingga akhir tahun. (003)
(BI Sumbar)


